CIANJUR, patas.com – Dinas Perhubungan Kabupaten Cianjur menyatakan jumlah angkutan umum (Angkum) di wilayah perkotaan dinilai terlalu banyak. Padahal jumlah penumpang tidak sebanding, dan volume angkum yang tinggi juga mengakibatkan kemacetan.
Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Cianjur, Djoni Rozali, menuturkan bahwa jumlah angkutan umum di wilayah perkotaan mencapai 4.000 unit. Jumlah tersebut dinilai terlalu banyak untuk ukuran wilayah perkotaan yang tidak luas. “Memang tidak sebanding, sementara jumlah penumpang hanya seberapa persennya.”
Menurut Djoni, jumlah angkutan dan penumpang yang tidak sebanding juga terlihat dengan seringnya angkum di Cianjur mangkal sembarangan dengan waktu yang cukup lama. Akibatnya kemacetan terjadi di sejumlah ruas jalan. “Makanya kami mengeluarkan kebijakan untuk tidak ada penambahan armada angkum. Bahkan trayek baru pun hanya pengalihan dari angkum di trayek lainnya,” tegasnya.
Djoni menambahkan, ke depan Dishub merencanakan untuk membuat transportasi khusus di dalam kota, yakni bus dengan ukuran tiga per empat. Bahkan bus tersebut akan digratiskan bagi warga, supaya penggunaan kendaraan pribadi bekerkurang dan minat warga menggunakan transportasi umum, meningkat.
“Itu keinginan kami, tapi tentunya perlu proses. Jadi angkum itu trayeknya di seputaran lingkar luar perkotaan. Di dalam kota, penumpang pakai bus khusus seperti Damri atau bus Bandros di Bandung. Bus tersebut nantinya tersedia gratis.”
Djoni mengakui bahwa jika rencana tersebut direalisasikan, akan menimbulkan reaksi dari sopir angkum, tetapi hal itu dibuat untuk kepentingan umum. “Kalau demi kepentingan bersama dan banyak pihak kenapa tidak? Reaksi akan selalu ada, tapi ini merupakan wacana yang positif,” tandasnya.
“Kalau dibuat seperti itu, bakal yang kehilangan pekerjaan. Itu menyudutkan kami selaku sopir angkum. Kalau mau, bikin solusi lain tanpa mematikan sopir angkum. Keluarga mau makan apa kalau tidak narik angkum nantinya?”